Saya baru membaca novel ini di tahun 2021 sedangkan novel ini sudah diterbitkan sebanyak tiga kali di tahun 2017. Novel ini pertama kali rilis ketika saya masih SMA. Kala itu, novel ini sempat booming. Ramai dibicarakan di berbagai media sosial. Saya pun tertarik ingin membeli namun baru tercapai di tahun 2020 hehe.
Identitas
Buku
Judul:
Petjah
Penulis:
Oda Sekar Ayu
Penerbit:
Elex Media Komputindo
Tahun
terbit: 2017
Jumlah
Halaman: x+318 halaman
Dimensi:
-
ISBN: 978-602-02-9595-4
Petjah mengisahkan seorang gadis SMA
bernama Nadhira Amira yang mengikuti kelas akselerasi. Sejak masuk SMA, dia
menyukai seorang lelaki cerdas bernama Dimas Baron. Mereka satu kelas. Selama
satu tahun, mereka terlibat perang dingin sehingga Nadhira tidak pernah
terlibat obrolan sedikit pun dengan Dimas. Di tahun kedua, Nadhira berjumpa
dengan seorang kakak kelas yang terkenal di sekolahnya karena dia selalu
bermain kekerasan. Siswa itu bernama Ambrosius Biru. Di waktu yang bersamaan,
Dimas untuk pertama kalinya terlihat hangat pada Nadhira. Pertemuan Nadhira
dengan Biru menjadi jembatan bagi Nadhira untuk mengetahui sebab kematian
kakaknya, Erlangga. Novel ini diakhiri dengan terkuaknya fakta bahwa Birulah
yang sudah menjadi salah satu penyebab Erlangga meninggal.
Pertama kali melihat novel ini, saya
tidak fokus pada covernya. Cover buku ini berisi ilustrasi seorang perempuan
yang tengah memakai payung biru. Saya ragu, apakah perempuan itu adalah Nadhira
atau Nila (kakak perempuan Biru). Pasalnya, payung biru adalah payung milik
Nila yang dipinjamkan kepada Nadhira oleh Biru.
Novel ini banyak memuat potongan mata
pelajaran sains, seperti biologi dan fisika. Jujur, saya suka dengan penambahan
unsur-unsur sains seperti itu. Hal ini menimbulkan rasa penasaran di benak
pembaca sehingga tergerak untuk mencari tahu dan menambah pengetahuan pembaca.
Petjah memuat beberapa puisi di
akhir babnya. Puisi-puisi yang ditulis sangat menarik untuk dibaca dan
ditelusuri maknanya. Salah satu puisi yang saya suka dari novel Petjah ini
adalah puisi berjudul “Aku dan Kamu”.
Aku dan Kamu
Aku berjalan dengan setia pada perputaranmu
berevolusi seiring dengan gerak rotasimu
berlayar bersama tiupan anginmu
Padamu semua ilusiku menyatu
Kamu merangkulku dengan aksara
merengkuhku dengan suara, mengunciku pada satu masa
Padaku semua akal sehatmu bicara
Aku dan kamu laksana embun
jatuh dari atas menyapu hijau daun-daun
berpasrah pada satu siklus angkasa
yang menjadikan kita tiada
Aku dan kamu laksana malam
merenggut kicau burung-burung mesra
berpasrah pada keharusan yang ada
sehingga harus membunuh mimpi lalu merana
Aku dan kamu adalah alam yang berputar
Agar ketetapan tidak berubah, meski kita lelah
Aku dan kamu tidak punya kesempatan
Untuk sekejap saja meminta, bentuk yang kita damba
Realita menghunus kita
Meniadakan bentuk-bentuk selanjutnya
Aku dan kamu
bukan kita.
Nadhira
Tokoh favorit saya dari novel ini
adalah Dimas Baron. Dia lelaki cerdas dan pintar namun humoris dan terkadang
bertingkah konyol. Karakter Dimas menjadikan novel ini lebih seru untuk dibaca.
Yuk, sahabat book lovers juga ikutan baca, ya!
Komentar
Posting Komentar
Yuk masukkan kritik dan saran Anda agar saya tahu siapa saja yang sudah mengunjungi blog saya